
Tasbih, tahmid, dan tahlil merupakan bentuk puji-pujian yang diajarkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya agar dapat memahami hakikat diri. Allah SWT adalah sumber pujian yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, saling memuji antar manusia merupakan fenomena yang lumrah.
Rasulullah SAW sendiri berkali-kali memuji para sahabatnya dengan berbagai gelar untuk menunjukkan kelebihan mereka.
Misalnya, Abu Bakar disebut sebagai orang yang paling dermawan dan dermawan oleh Nabi SAW. ”Sesungguhnya manusia yang paling dermawan dalam masalah harta, dan lapang dada dalam pergaulan adalah Abu Bakar. Jika aku ingin mengambil seseorang sebagai teman dekatku, maka aku pasti akan memilih Abu Bakar.” (HR Muslim).
Kemudian, Ali bin Abu Thalib berada di sisi Nabi Muhammad, seperti halnya Nabi Harun di sisi Nabi Moussa. ”Wahai Ali, sesungguhnya kedudukanmu di sisi saya adalah laksana Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelah saya.” (HR Muslim).
Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga dipuji oleh Nabi SAW sebagai orang yang amanah. “Sesungguhnya pada setiap umat ada seseorang yang tepercaya. Dan ketahuilah, orang yang tepercaya di kalangan kita adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR Muslim).
Pujian Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya merupakan pujian yang tinggi atas kontribusi mereka dalam perjuangan dakwah Islam. Pujiannya bukan karena kedekatan atau meninggikan sebagian sahabatnya kepada sebagian yang lain.
Allah SWT adalah sumber pujian terbesar. Setiap selesai shalat, Nabi SAW akan mengajarkan wirid, salah satunya adalah tasbih. Memuji Allah adalah simbol kesadaran akan kelemahan dan kekurangan seorang hamba.
Hamba yang tidak memuji Allah SWT adalah hamba yang tidak mengenal dirinya sendiri dan merasa potensinya berasal dari usaha pengolahannya sendiri, bukan pemberian dari Tuhan. Na’udzu billah min dzalik.
Dengan menggandakan puji syukur kepada Allah, sebenarnya kita dilatih untuk sadar akan tempat dan peran kita di alam. Kita terkadang mendapat pujian dari orang lain, lalu melupakan diri sendiri, dan akhirnya menjadi sombong. Dengan semakin memuji Tuhan, kita dituntun untuk menyadari bahwa kelebihan yang kita miliki sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan.
Semua kelebihan yang kita miliki yang membuat kita dipuji oleh orang lain sebenarnya adalah anugerah tak terhingga yang diberikan Tuhan kepada kita. Semakin kita memuji Allah, semakin tinggi kesadaran kita sebagai makhluk Sang Khaliq.