Al-Qur’an menyebutkan bahwa tanda ketakwaan itu mampu bersedekah pada waktu yang lapang dan sempit (QS 3: 134, 65: 7). Orang yang sedekah pada waktu yang lapang itu normal. Tapi, memberikan sedekah dalam waktu yang sulit, itu luar biasa.
Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW berpesan kepada para sahabatnya, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham.” Lalu, ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada seseorang yang memiliki dua dirham, lalu mengabil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula orang yang memiliki harta banyak sekali, lalu ia mengambil seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR Na-Nasai).
Allah berfiman dalam surah At-Thalaq ayat 7, “Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
Melalui ayat ini, Allah berjanji bahwa Dia hanya menguji hambaNya sesuai dengan kemampuannya. Allah juga berjanji bahwa Dia akan memberikan kemudahan di balik kesulitan yang dialami seorang hamba. Namun, Allah tidak menginginkan hambaNya berpangku tangan menunggu pertolongan Allah datang. Allah menyuruh hambaNya yang sedang kesulitan untuk bersedekah dari sedikit harta yang ia miliki.
Manusia yang paling bahagia adalah manusia yang berhenti nafasnya namun tak berhenti pahalanya. Memperbanyak amal sholih yang terus mengalir apapun bentuknya sebagai bekal abadi diakhirat kelak,
Dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
Insya Allah rutinitas do’a bersama dan santunan pekanan kami laksanakan hari ini Kamis tanggal 9 September 2021 ba’da Magrib dan berbagi nasi Jum’at berkah untuk adik adik yatim dan dhuafa juga parkir miskin dihari Jum’at. Kami persilahkan untuk titipan do’anya🖊️ Nama; Bin/binti; Hajat/do’a;
Semoga diijabah oleh Allah SWT.Aamiin 🤲🤲 SALAM SANTUN DAN PENUH DO’A DARI KAMI SERTA ADIK ADIK YATIM YAYASAN YASIINDO KARAWANG.
Konfirmasi bisa melalui akun media sosial kami atau melalui wa di 085313667879
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah pemberi dari berbagai jenis kesenangan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada rasul kita Muhammad SAW, keluarga dan teman-teman nya.
Setiap kali kami menerima banyak berkat dari Allah, tetapi kadang-kadang ini terus merasa kurang, merasakan sedikit kesenangan yang diberikan Allah. Tuhan memberi kesehatan jika dibayar sangat mahal. Tuhan memberi umur panjang, bahwa jika Anda membeli dengan semua properti kami, Anda tidak akan dapat membayarnya. Namun, diri ini hanya menganggap tentang kekayaan sebagai nikmat, kekayaan dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan, umur panjang, semua itu adalah nikmat, yang semuanya adalah nikmat Tuhan yang luar biasa.
Syukuri yang sedikit
Dari Nu’man bin Basyir, kata Nabi Sallalaahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 667). Hadits ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak, rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.
Kita selalu mengabaikan 3 nikmat
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan ada 3 macam kesenangan.
Pertama-tama, itu adalah berkat yang muncul di mata hamba.
Kedua, itu adalah kesenangan yang diharapkan oleh kehadirannya.
Ketiga, adalah salah satu nikmat yang tidak terasa.
Ibnul Qoyyim mengatakan ada seorang Arab untuk memenuhi Amiroul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata: “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap-harap dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan kontinu dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.” (Al Fawa’id, Ibnul Qayyim, terbitan, Darul ‘Aqidah, hal. 165-166).
Ini adalah berkat yang kita sering lupa. Kita hanya bisa mengetahui berbagai berkat di depan kami, seperti rumah mewah, sepeda motor yang baik, gaji Wahl, dll Demikian pula, kita masih mengharapkan harapan favorit lainnya untuk tetap Istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa depan, hidup baik diadopsi, dll Namun, ada juga berkat yang kita tidak bisa merasakan, bahkan jika itu adalah juga lezat.
Kesehatan juga nikmat
bayangan kami dapat, nikmat hanya uang, makanan dan harta mewah. Bahkan jika kondisi sehat yang Allah dan memberikan waktu luang lezat. Bahkan untuk kesehatan jika kita membayar biaya yang sangat mahal. Namun, nikmat kita bahwa kita sering mengabaikan.
Kedua nikmat sering diabaikan oleh manusia – termasuk hamba ini Fakir. Nabi Sallallahu “Alayhi wa sallam bersabda,
Bayangan kita barangkali, nikmat hanyalah uang, makanan dan harta mewah. Padahal kondisi sehat yang Allah beri dan waktu luang pun nikmat. Bahkan untuk sehat jika kita bayar butuh biaya yang teramat mahal. Namun demikianlah nikmat yang satu ini sering kita lalaikan.
Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia –termasuk pula hamba yang faqir ini-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.” (Dinukil dari Fathul Bari, 11/230)
Rizki bukan hanya identik dengan uang
Jika kita dan semua manusia bersatu untuk membuat daftar nikmat Allah, kita pasti akan menemukan kesulitan. Allah Ta’ala berkata:
“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).
Bila semua yang ada pada kita, baik yang kita sadari atau tidak, adalah rizki Allah tentu semuanya harus kita syukuri. Namun bagaimana mungkin kita dapat mensyukurinya bila ternyata mengakuinya sebagai nikmat atau rejeki saja tidak?
Saudaraku! kita pasti telah membaca dan memahami bahwa kunci utama langgengnya kenikmatan pada diri anda ialah sikap syukur nikmat. Dalam ayat suci Al Qur’an yang barangkali kita pernah mendengarnya disebutkan,
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7). Alih-alih mensyukuri nikmat, menyadarinya saja tidak. Bahkan dalam banyak kesempatan bukan hanya tidak menyadarinya, akan tetapi malah mengingkari dan mencelanya. Betapa sering kita mencela angin, panas matahari, hujan dan berbagai nikmat Allah lainnya?
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Al Fudhail bin ‘Iyadh mengisahkan: “Pada suatu hari Nabi Dawud ‘alaihissalam berdoa kepada Allah: Ya Allah, bagaimana mungkin aku dapat mensyukuri nikmat-Mu, bila ternyata sikap syukur itu juga merupakan kenikmatan dari-Mu? Allah menjawab doa Nabi Dawud ‘alaihissalam dengan berfirman: “Sekarang engkau benar-benar telah mensyukuri nikmat-Mu, yaitu ketika engkau telah menyadari bahwa segala nikmat adalah milikku.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir)
Imam As Syafii berkata, “Segala puji hanya milik Allah yang satu saja dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali dengan menggunakan nikmat baru dari-Nya. Dengan demikian nikmat baru tersebutpun harus disyukuri kembali, dan demikianlah seterusnya.” (Ar Risalah oleh Imam As Syafii 2)
Wajar bila Allah Ta’ala menjuluki manusia dengan sebutan “sangat lalim dan banyak mengingkari nikmat, sebagaimana disebutkan pada ayat di atas dan juga pada ayat berikut,
“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkanmu, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sering mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj: 66)
Artinya di sini, rizki Allah amatlah banyak dan tidak selamanya identik dengan uang. Hujan itu pun rizki, anak pun rizki dan kesehatan pun rizki dari Allah.
Surga dan Neraka pun Rizki yang Kita Minta
Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba-hamba-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,
“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)
Teruslah bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah beri, apa pun itu meskipun sedikit. Yang namanya bersyukur adalah dengan meninggalkan maksiat dan selalu taat pada Allah. Abu Hazim mengatakan, “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” Mukhollad bin Al Husain mengatakan, “Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.” (‘Uddatush Shobirin, hal. 49, Mawqi’ Al Waroq)
Islam sangat memuliakan anak yatim. Bahkan ada 22 ayat tentang anak yatim di Al-Qur’an. Anak yatim adalah seseorang yang kehilangan ayahnya sebelum mencapai usia dewasa. Menanggung anak yatim berarti mengurus semua kebutuhan hidup, perhatian, mendidik, dan juga mendukungnya.
Allah berfirman:
“Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakan lah “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik,” (QS. Al-Baqarah [2]: 220).
Alquran surat Adh-Dhuha ayat 6, Allah SWT menyebutkan Nabi Muhammad SAW adalah seorang yatim.
Dalam sebuah hadits Ibnu Majah:
“Sebaik-baik rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum Muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk.” (HR. Ibnu Majah).
Namun disebut yatim jika anak tersebut belum baligh. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak lagi disebut yatim anak yang sudah bermimpi (baligh).” (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib).
Beberapa hadits Nabi SAW mengungkapkan keutamaan menyantuni anak yatim. Salah satunya ketika Rasulullah SAW menjamin bahwa orang yang menyantuni anak yatim akan bersamanya nanti di surga.
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian Beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya.” (HR Bukhari). Namun bila tidak mengutamakan anak yatim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010) Dalam Alquran surat Al-Fajr, ditemukan isyarat bahwa salah satu dampak dari dibatasinya harta, karena tidak memuliakan anak yatim.
“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim” (QS. al-Fajr : 16-17).
Dalam surat Al-Maun Allah SWT berfirman, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.'” (QS.107:1-2)
Itulah bukti Islam memuliakan anak yatim. Belum terlambat untuk menyantuni anak yatim sekarang juga. Yasiindo menerima Zakat Infaq Shodaqoh serta Wakaf, yang tentunya sudah mendapat izin serta sudah terdaftar di BAZNAS.
Apabila anda ingin ikut berdonasi melalui yayasan kami silahkan klik disini.
Janji Allah SWT kepada orang yang berinfak dalam keadaan sembunyi-sembunyi ataupun yang berinfak dalam keadaan terang-terangan, yang ada didalam Alquran surat Fathir ayat 29 dan 30
“Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah atau Alquran dan orang-orang yang mendirikan salat, orang-orang yang menginfakkan sebagian dari apa yang kami karuniakan kepada mereka dalam keadaan sembunyi-sembunyi dan dalam keadaan terang-terangan mereka mengharapkan perniagaan yang tidak mungkin rugi sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menyempurnakan bagi mereka upah ataupun pahala mereka dan Allah menambahkan bagi mereka sebagian dari karunia-nya Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha menghargai”
Sahabat-Sahabat sekalian di dalam ayat ini Allah SWT menjanjikan banyak hal kepada orang yang berinfak diantaranya yang Allah janjikan kepada orang yang berinfak adalah 3 perniagaan atau perdagangan yang gak mungkin rugi di karenakan Bersedekah
Jadi benarlah sabda rasulullah SAW bahwa nabi bersumpah “Demi Allah tidak akan berkurang hartamu karena sedekah” maka inilah makna dari “tijarotan lantabur” perniagaan yang gak mungkin rugi ketika kita menginfakkan harta kita untuk masjid, menginfakkan hartanya untuk membantu orang lain (Anak Yatim), menginfakkan harta kita untuk keluarga kita, maka “lantabur” nggak mungkin infak kita itu akan membawa kita kepada kerugian.
Allah SWT juga menjanjikan “wujuhuhum” Allah akan menyempurnakan bayaran untuk mereka “uzur” dalam bahasa sehari-hari kita itu adalah upah atau bayaran, jadi orang yang berinfak atau orang yang bersedekah di jalan Allah, maka Allah akan menyempurnakan balasan. mereka tidak akan pernah diberikan balasan yang kurang dari hak mereka kalau mereka berinfak dengan angka 1 maka Allah akan menyempurnakan balasan 700 kali lipat kebaikan yang berlipat ganda.
Allah menjanjikan dan Allah akan menambahkan untuk mereka Anugrah atau karunia dari Allah yang tidak disebutkan secara spesifik apa bentuknya dan ini menjadi suatu kejutan bagi kita bisa berbentuk kebahagiaan, bisa berbentuk kehormatan, kemuliaan keluarga dan banyak hal kesenangan, ketenangan dan yang lainnya, maka dari itu salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan dan kebaikan yang berlipat ganda itu adalah infak Fi Sabilillah dalam keadaan terang-terangan ataupun dalam keadaan sembunyi-sembunyi.
Yukkk kita sama-sama kita raih kebahagiaan dari janji Allah tersebut, Semoga dengan kita terus meningkatkan Amalan soleh dan membelanjakan harta kita di jalan-Nya menjadi sebuah pintu gerbang dari segala kemudahan, kelancaran, kesehatan, keselamatan dan keberhasilan kita hidup di dunia. Aamiin
Rasulullah SAW bersabda bahwa “tidak ada musibah serta bencana yang dapat mendahului sedekah. Beliau juga mengungkapkan kalau sedekah mampu menutup 70 pintu kejahatan”.