Tag: Yayasan Yatim

Menanam Kebaikan, maka akan Menuai Kebaikan Berlipat Ganda

Bayangkan jika semua orang di dunia ini suka menanam kebaikan. Tentu saja buahnya akan cukup untuk menciptakan perdamaian bagi setiap penduduk. Karena menanam satu benih tidak hanya menghasilkan satu buah, tetapi puluhan atau bahkan ratusan buah. Seperti kata berikut Allah SWT:

“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai, ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)

Namun, Sunnatullah bahwa Allah selalu menciptakan dua sisi di seberang satu sama lain. Ada ketinggian, ada yang rendah. Ada yang besar, kecil. Ada benar, ada yang salah. Ada surga, ada neraka. Seseorang suka menanam kebaikan, ada juga yang suka menanam kejahatan.

Meskipun setiap manusia memiliki Fitrah untuk berbuat baik, situasinya akan selalu menyajikan pilihan. Bersyukur atas kisah kebaikan, masih sering mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Seperti cerita yang diceritakan oleh Fudhail Bin Iyadh tentang sahabatnya yang memberi tahu saya tentang seorang pria yang suka menanam kebaikan.

Pria itu berdua berjalan di pasaran dengan benang tenun, ketika melewati dua pria muda yang sibuk berkelahi. Keduanya berperang atas satu dirham. Tanpa berpikir pria baik pria itu juga memberikan satu-satunya dirham-nya, jadi dia pulang tanpa membawa apa pun.

Kemudian, pria itu baik meminta istrinya untuk mengumpulkan alat rumahnya yang bisa dijual. Saat membawanya, di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seorang ayah yang membawa ikan busuk. Tanpa diduga sang ayah bertanya kepada pria itu dengan baik untuk menukar barang-barangnya dengan ikan busuk di tangannya. Dia juga setuju. Menurutnya, dengan ikan dia berarti membawa sesuatu yang bisa dimasak untuk istrinya.

Di rumah, istrinya sangat terkejut menemukan mutiara di perut ikan yang dibawanya. Dia menjualnya dan pulang dengan 120.000 dirham. Betapa berterima kasih untuk pasangan yang sudah menikah.

Tidak lama kemudian, seseorang datang mengetuk pintu rumahnya. Pria itu pandai menemukan sosok orang miskin yang meminta. Tanpa ragu-ragu dia menolak beberapa aset yang baru saja dia peroleh dari Hasi menjual mutiara.

Hingga akhirnya sosok itu kembali lagi, tetapi kali ini tidak diminta. Sosok itu berkata, “Memang, aku bukan anak dan miskin, tetapi utusan Allah yang menggantikan dirhammu dengan 20 qirath. Apa yang dia miliki, dia memberimu satu Qirath. Dia adalah qirath 19 yang paling dermawan, masih menawan.”

Berapa banyak Allah yang menjanjikan janji bahwa siapa pun yang menanam kebaikan, ia akan menuai buah dari kebaikan yang ia tanam berlipat ganda. Juga benar jika ada yang mengatakan, Yang Mahakuasa Mahakuasa akan memberikan rezeki bagi para hamba-Nya tanpa diduga.

Keutamaan Sedekah pada Hari Jumat

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa sedekah memiliki banyak keutamaan. Sedekah juga selalu dituntut oleh Nabi Muhammad SAW dengan mencontohkan berbagi dan amalan membantu sesama. Dalam hal ini akan timbul empati sosial yang tinggi, dan tentunya akan memudahkan orang lain untuk bergaul.Seperti yang disampaikan dalam QS Al-Baqarah ayat 261,

“Al-Baqarah ayat 261, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.”

Sedekah di hari Jumat ternyata memiliki banyak keutamaan lainnya. Hari Jumat adalah waktu yang utama dan penuh dengan berkah Allah SWT. Hal ini juga disampaikan dalam sebuah hadits, “Salamah dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Hari terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jum’at. Sebab pada hari itu Allah Azza wa Jalla menciptakan Adam as. Dia memasukkan Adam ke surga, pada hari itu ia diturunkan ke bumi dan pada hari itu terjadi kiamat serta pada hari itu terdapat satu masa dimana tidak seorangpun berdo’a kecuali Dia akan mengabulkan do’a itu.” [HR.Muslim].

Untuk itu, dibandingkan dengan hari-hari lainnya, Nabi Muhammad SAW mencontohkan shalat Jum’at. Dia juga meniru praktik lain pada hari Jumat. Mengenai keutamaan sedekah lainnya pada hari Jumat, berikut penjelasannya.

Beberapa Keutamaan Sedekah di Hari Jumat

Terlihat dari penuturan beberapa hadits bahwa hari Jum’at memang memiliki banyak keutamaan bagi umat Islam yang bersedekah. Tentu saja, kesempatan beramal ini tidak boleh disia-siakan demi mendapatkan manfaat. Ini termasuk:

1. Pahala lebih besar

Dikutip dari harkahislamiyah.com, dijelaskan oleh Imam Abdurrazaq dalam kitab Al-Mushannaf; “Dan tidak ada matahari yang terbit dan terbenam pada suatu hari yang lebih utama dibanding hari Jumat. Bersedekah pada hari Jumat lebih besar pahalanya daripada semua hari lainnya.

2. Seperti sedekah di bulan Ramadhan

Perlu disebutkan bahwa imam Ibn al-Qayyim al-Jauziyah berbicara tentang keutamaan sedekah pada hari Jumat. Dia berkata;

“Keutamaan sedekah di hari Jumat dibanding semua hari dalam sepekan seperti keutamaan sedekah di bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya.”

3. Didoakan malaikat

Di pagi hari, sedekah juga merupakan kebajikan. Apalagi jika dilakukan pada hari Jumat. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, “Setiap pagi hari di mana para hamba berada di dalamnya, ada dua malaikat yang turun seraya malaikat pertama berdoa; ‘Ya Allah, berikanlah bagi orang yang bersedekah ganti. Dan malaikat satunya lagi berdoa; ‘Ya Allah, berikanlah bagi yang tidak mau bersedekah (pelit) kebinasaan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Agar Mudah dan Ringan dalam Bersedekah

Memberi itu mudah Menghabiskan harta di jalan Allah tidak selalu mudah. Terkadang cobaan, godaan, atau halangan lainnya membuat kita enggan untuk bersedekah dari harta yang kita miliki. Namun tentu saja, di balik kesulitan ini, selalu ada kemudahan. Kita bisa melakukan beberapa hal. Ada tiga hal di dalamnya.

1. Jangan sungkan untuk bersedekah meski tidak banyak

Terkadang orang curiga terhadap sedekah karena kita malu dengan jumlah sumbangan kita. Ini harus dikesampingkan. Pemahaman itu kecil, tapi datangnya dari rezeki kita yang halal dan niat ikhlas yang konsisten, yang pasti akan membawa berkah dan pahala yang besar bagi kita.

2. Siapkan anggaran khusus untuk kita bersedekah

Jika kami benar-benar ingin memberikan sumbangan amal untuk tujuan atau rencana tertentu dengan manfaat besar, silakan coba buka rekening tabungan khusus untuk kami sumbangkan ke badan amal. Melakukan sesuatu dengan hati adalah untuk amal. Namun, jika kita tidak bisa melakukan ini, sebaiknya jangan menunda memberi agar kita bisa langsung berlatih.

3. Meniru dan belajar dari sejarah para nabi dan sahabat masa lalu

Untuk memahami makna sedekah, kita dapat mempelajari bagaimana Nabi dan para sahabatnya dulu menghambur-hamburkan harta di jalan Allah. Bagaimana Umar bin Khatab, Abu Bakar, dan Osman tidak segan-segan menuangkan hartanya ke dalam Islam. Cari tahu makna dan rencana mereka yang juga ingin kita tiru kehidupan mereka.

Semoga rezeki kita lebih bahagia karena sedekah! Jangan ragu untuk membelanjakan sebagian harta kita untuk bermanfaat bagi orang lain, karena Allah akan menggantinya dengan berkah berkali-kali.

Di Dalam Islam Ada 7 Keutamaan Menyayangi Anak Yatim

Anak yatim adalah salah satu perhatian kami. Merawat anak yatim memiliki banyak manfaat dan kebajikan, yang membawa banyak manfaat bagi kehidupan kita. Kata anak yatim disebutkan 23 kali dalam Al-Qur’an, 8 kali tunggal, 14 kali jamak, dan 1 kali keduanya (mutsanna).

Yatim piatu adalah seorang anak, dan ayahnya meninggal ketika dia belum dewasa. Pada saat yang sama, jika ibu meninggal, anak itu disebut yatim piatu. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa anak yatim adalah orang yang harus dicintai, dirawat, dan dirawat. Allah berfirman dalam hadits keutamaan mencintai anak yatim:

“Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakan lah “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik,” (QS. Al-Baqarah [2]: 220).

Jika anak tersebut belum dewasa, maka disebut yatim piatu. Rasulullah SAW berkata:

“Tidak lagi disebut yatim anak yang sudah bermimpi (baligh).” (HR. Abu Daud dari Ali bin Abi Thalib). (Sunan Abi Daud, Kitab Al-Washaya No. 2489).

M. Khallurrahman Al Mahfani mengutip keutamaan mengasuh anak yatim dalam bukunya yang berjudul “Kekuatan Mendoakan Anak Yatim”:

1. Raih Kesempatan Menjadi Sahabat Nabi SAW di Surga

Orang yang mengasuh anak yatim akan masuk surga dan mendekati Nabi Muhammad SAW, sebagaimana mereka mendekati jari telunjuk dengan jari tengahnya.

“Saya dan orang yang mengasuh atau memelihara anak yatim akan berada di surga begini,” kemudian beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkannya sedikit.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad dari Sahl bin Sa’d). (Lihat Shahih Bukhari, Kitab Ath-Thalaq: 4892. Sunan Tirmidzi, Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah’an Rasulillah: 1841. Sunan Abi Daud, Kitab Al-Adab:4483).

2. Pengasuh Anak Yatim Dijamin Masuk Surga

Sekalipun pengasuh anak yatim tidak bisa menjadi pendamping Rasulullah di surga karena mungkin tidak memenuhi persyaratan ideal, ia masih bisa dijamin masuk surga. Rasulullah SAW berkata:

“Orang yang memelihara anak yatim di kalangan umat muslimin, memberikannya makan dan minum, pasti Allah akan masukkan ke dalam surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas). (Lihat Sunan Tirmidzi, Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah’an Rasulillah: 1840).

3. Mendapatkan predikat Abror (shaleh atau taat kepada Allah)

Keutamaan memelihara anak yatim dan memelihara anak yatim dan fakir miskin adalah tanda dihapuskannya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan (abror) minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. Yaitu mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 5-6).

4. Mendapat pertolongan dari Allah SWT

Membantu anak yatim dalam segala bentuk kepedulian yang tulus berarti membawa pertolongan Tuhan untuk beribadah.

“Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan orang mukmin di dunia maka Allah akan menghilangkan kesusahannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang meringankan kesulitan orang mukmin di dunia maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib orang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. (HR. Muslim dan Ashhabus Sunan dari Abu Hurairah). (Lihat Shahih Bukhari, Kitab Al-Adab: 5557).

5. Menghindarkan dari Siksa Akhirat

Merawat atau memelihara anak yatim merupakan kewajiban yang Allah perintahkan dengan jelas melalui kitab-kitab-Nya dan sabda Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda Allah SWT berfirman:

6. Investasi amal untuk akhirat

Salah satu manfaat mengasuh anak yatim adalah investasi amal di akhirat. Rasurula SAW berkata:

“Demi Yang Mengutusku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa pada hari kiamat nanti orang yang menyayangi anak yatim, lemah lembut pembicaraan dengannya, menyayangi keyatiman dan kelemahannya. (HR. Thabrani dari Abu Hurairah). (Imam Ath-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Ausath, VIII/346. Hadist no. 8828).

7. Mendapatkan keberuntungan dan menjadi yang terbaik

Dalam konteks amar makruf (mengajak kebaikan) dan nahi mungkar (melarang perbuatan maksiat), keutamaan menyantuni anak yatim merupakan bentuk ibadah sosial. Perhatikan sabda Nabi Muhammad berikut ini:

“Siapa saja yang menyeru kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya itu.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Mas’ud).

Setiap anak tidak dapat memilih dalam kondisi apa untuk dilahirkan. Tidak ada yang bisa menuntut kondisi orang tua yang lengkap saat lahir, bahkan orang tua pun tidak.

Dengan memuliakan anak yatim, setidaknya kita akan mendapatkan tujuh keutamaan, antara lain mendekatkan diri kepada Rasulullah di surga, melembutkan hati yang keras, memenuhi kebutuhan hidup, dan dilindungi di hari kiamat.

Anjuran Memperbanyak Bertasbih

Tasbih, tahmid, dan tahlil merupakan bentuk puji-pujian yang diajarkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya agar dapat memahami hakikat diri. Allah SWT adalah sumber pujian yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, saling memuji antar manusia merupakan fenomena yang lumrah.

Rasulullah SAW sendiri berkali-kali memuji para sahabatnya dengan berbagai gelar untuk menunjukkan kelebihan mereka.

Misalnya, Abu Bakar disebut sebagai orang yang paling dermawan dan dermawan oleh Nabi SAW. ”Sesungguhnya manusia yang paling dermawan dalam masalah harta, dan lapang dada dalam pergaulan adalah Abu Bakar. Jika aku ingin mengambil seseorang sebagai teman dekatku, maka aku pasti akan memilih Abu Bakar.” (HR Muslim).

Kemudian, Ali bin Abu Thalib berada di sisi Nabi Muhammad, seperti halnya Nabi Harun di sisi Nabi Moussa. ”Wahai Ali, sesungguhnya kedudukanmu di sisi saya adalah laksana Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelah saya.” (HR Muslim).

Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga dipuji oleh Nabi SAW sebagai orang yang amanah. “Sesungguhnya pada setiap umat ada seseorang yang tepercaya. Dan ketahuilah, orang yang tepercaya di kalangan kita adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR Muslim).

Pujian Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya merupakan pujian yang tinggi atas kontribusi mereka dalam perjuangan dakwah Islam. Pujiannya bukan karena kedekatan atau meninggikan sebagian sahabatnya kepada sebagian yang lain.

Allah SWT adalah sumber pujian terbesar. Setiap selesai shalat, Nabi SAW akan mengajarkan wirid, salah satunya adalah tasbih. Memuji Allah adalah simbol kesadaran akan kelemahan dan kekurangan seorang hamba.

Hamba yang tidak memuji Allah SWT adalah hamba yang tidak mengenal dirinya sendiri dan merasa potensinya berasal dari usaha pengolahannya sendiri, bukan pemberian dari Tuhan. Na’udzu billah min dzalik.

Dengan menggandakan puji syukur kepada Allah, sebenarnya kita dilatih untuk sadar akan tempat dan peran kita di alam. Kita terkadang mendapat pujian dari orang lain, lalu melupakan diri sendiri, dan akhirnya menjadi sombong. Dengan semakin memuji Tuhan, kita dituntun untuk menyadari bahwa kelebihan yang kita miliki sebenarnya adalah anugerah dari Tuhan.

Semua kelebihan yang kita miliki yang membuat kita dipuji oleh orang lain sebenarnya adalah anugerah tak terhingga yang diberikan Tuhan kepada kita. Semakin kita memuji Allah, semakin tinggi kesadaran kita sebagai makhluk Sang Khaliq.

Perlu bantuan kami, Chatt kami sekarang

Kami siap membantu Anda, jangan ragu hubungi kami

Customer Support

Aa Aman

Online

Customer Service

Yasiindo

Online

Aa Aman

Hi, What can i do for you? 00.00

Yasiindo

Assalamu'alaikum, Ada yang bisa kami bantu? 00.00